REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Program Pangan Dunia (WFP) menyoroti kian parahnya krisis kemanusiaan yang berlangsung di Yaman. Mereka menyebut, naiknya harga pangan menyebabkan banyak warga di sana jatuh ke kemiskinan ekstrem.
“Depresiasi mata uang dan kenaikan harga pangan telah mendorong banyak orang di Yaman ke dalam kemiskinan ekstrem,” kata WFP dalam sebuah pernyataan pada Ahad (13/2), dikutip laman Middle East Monitor.
Naiknya harga pangan ditambah konflik yang masih berlangsung membuat tingkat kelaparan di Yaman meningkat. “Banyak orang bergantung pada bantuan makanan,” kata WFP.
Koordinasi PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengonfirmasi laporan yang dirilis WFP. Minimnya dana untuk aksi penanganan krisis membuat jutaan warga di sana terancam kehilangan akses terhadap pangan. “11 juta orang (di Yaman) akan berakhir lebih dekat dengan kelaparan,” kata OCHA pada Senin (14/2).
Akhir tahun lalu, WFP mengungkapkan, mereka akan memangkas bantuan ke Yaman. Hal itu terpaksa dilakukan karena WFP menghadapi kekurangan pasokan dana. “Mulai Januari (2022), delapan juta akan menerima jatah makanan yang dikurangi, sementara lima juta yang berisiko langsung tergelincir ke dalam kondisi kelaparan akan tetap mendapat jatah penuh,” kata WFP dalam sebuah pernyataan pada 22 Desember tahun lalu, dikutip laman Aljazirah.
WFP mengungkapkan, langkahnya tersebut berpotensi meningkatkan angka kelaparan di Yaman. Namun WFP tak dapat mengambil langkah lain. “Stok makanan WFP di Yaman hampir habis,” ujar Direktur Regional WFP Corinne Fleischer.
“Setiap kali kita mengurangi jumlah makanan, kita tahu bahwa lebih banyak orang yang sudah lapar dan rawan pangan akan bergabung dengan jutaan orang yang kelaparan. Tetapi saat-saat putus asa membutuhkan tindakan putus asa,” kata Fleischer menambahkan.
WFP mengungkapkan, dibutuhkan dana 813 juta dolar AS untuk terus membantu kelompok rentan di Yaman hingga Mei tahun depan. Sementara, jika ingin bantuan pangan tetap terjaga sepanjang tahun depan, diperlukan dana 1,97 miliar dolar AS.
Konflik di Yaman telah berlangsung selama delapan tahun. Pertempuran melibatkan kelompok pemberontak Houthi dan pasukan pemerintah. Selama konflik berlangsung, sekitar 4 juta orang telah mengungsi. UNICEF mengungkapkan, sekitar 2,3 juta balita di Yaman menderita kekurangan gizi akut. Sebanyak 400 ribu balita lainnya akan menderita kekurangan gizi parah yang mengancam jiwa dalam beberapa bulan mendatang. PBB telah menyebut krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
sumber : Reuters via republika.co.id