Badan Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) menyebut hampir dua juta anak-anak Afghanistan berisiko kekurangan gizi atau malnutrisi karena kemiskinan akut di tengah lonjakan harga bahan makanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut UNICEF, lebih dari 1,5 juta anak-anak telah terdampak kurang gizi di Afghanistan. Badan ini juga memperingatkan munculnya kembali gelombang penyakit baru.
“Sekitar 40 ribu anak diberikan perawatan malnutrisi akut yang parah,” Al-Janabi melanjutkan.
Farid Ahmad Andishmand mengatakan bahwa mereka tak bisa memperoleh makanan yang layak.
“Apa yang orang katakan adalah bahwa mereka tidak dapat memperoleh makanan yang layak bahkan satu kali sehari, dan kurangnya makanan yang baik dan sehat menyebabkan kekurangan gizi,” katanya.
“Jika terus seperti ini, negara ini akan mengalami krisis kesehatan,” Andishmand melanjutkan.
Pejabat kesehatan itu juga menyuarakan keprihatinan atas penangguhan sumbangan internasional untuk sektor kesehatan Afghanistan.
Kepala Rumah Sakit Anak Indira Gandhi, Mohammad Latif Bahir, mengatakan bantuan internasional berkurang.
Sebelumnya, UNICEF juga menyatakan satu juta anak-anak di Afghanistan terancam kelaparan di tahun 2021.
Direktur UNICEF, Henrietta Fore, memperkirakan setidaknya satu juta anak akan menderita gizi buruk akut dan bisa meninggal tanpa peralatan kesehatan.
Hampir 10 juta anak di Afghanistan menggantungkan hidupnya pada bantuan kemanusiaan internasional.
Oleh karenanya, ia meminta agar komunitas dan lembaga internasional turut mengambil sikap atas ancaman yang mengintai anak Afghanistan.
Afghanistan berada dalam kekacauan usai Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus lalu. Sektor ekonomi pun mulai runtuh. Harga bahan bakar dan pangan melonjak sementara mata uang anjlok.
Di sisi lain, negara ini menjadi salah satu negara miskin yang mengandalkan bantuan internasional.