ROMA – Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) Qu Dongyu meminta para anggota untuk mencapai konsensus yang memungkinkan tercapainya kemajuan dalam pencapaian empat hal, mencakup sisi produksi, nutrisi, lingkungan hingga kehidupan yang lebih baik untuk semua.
“Tidak meninggalkan siapa pun, dan tetap berada di garis depan dalam upaya global untuk menanggapi krisis ketahanan pangan,” sebutnya dalam pernyataan resmi, Jakarta, Selasa (25/4).
Hal itu disampaikan Dirjen Qu pada pembukaan Sidang Dewan FAO ke-172 yang berakhir pada Jumat (28/4). Sesi Dewan FAO ini adalah yang terakhir sebelum Sesi ke-43 Konferensi Tingkat Menteri pada 1-7 Juli, di mana para anggota akhirnya akan menyetujui Program Kerja dan Anggaran FAO untuk 2024-2025.
Menyambut para kolega atas hasil yang dicapai sejauh ini, Dirjen Qu menyoroti urgensi tujuan jangka panjang kolektif untuk mengubah sistem pertanian pangan global. Sehingga sistem pertanian menjadi lebih efisien, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.
Dirinya juga menekankan, bahwa FAO terus fokus dan perhatian kepada kondisi negara-negara yang tertinggal lebih jauh. Pihaknya juga mencatat, sebanyak 61 negara kini berpartisipasi dalam program andalan PBB, yakni Hand-in-Hand Initiative.
Program tersebut menyediakan pemodelan dan analitik geospasial mutakhir untuk mempercepat pasar. “(Melalui) transformasi sistem pangan berbasis pertanian untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan, serta ketahanan populasi miskin dan rentan,” jelasnya.
Secara umum, FAO meyakini masih memiliki sumber daya yang memadai untuk memimpin upaya bersama mengatasi kerawanan pangan global sebagai agenda utama.
Dirinya juga menyerukan upaya pemulihan daya beli organisasi, di tengah tren inflasi yang telah mencapai kritis.
“Sementara kami terus berupaya mengidentifikasi penghematan secara efisien, setiap pengurangan lebih lanjut akan menghasilkan penyesuaian yang sesuai dengan kapasitas organisasi untuk memberikan dan memenuhi permintaan yang terus meningkat,” kata Qu.
Dia menambahkan, persetujuan tingkat anggaran yang diusulkan akan menjadi tanda yang kuat untuk FAO maupun kemanusiaan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Independen Dewan Hans Hogeveen menyampaikan, akibat kondisi krisis kelaparan terbesar yang pernah ada, saat ini sekitar lebih dari satu miliar orang tengah menghadapi kelaparan.
“Krisis yang dihadapi membutuhkan perhatian dan upaya penuh dari kita,” terang Hans.
Tantangan Global Selanjutnya
Sementara itu, Dirjen Qu juga menyampaikan dan menekankan, bahwa harga pangan dan pupuk akan menjadi perhatian khusus FAO. Meski Indeks Harga Pangan FAO telah menurun, tren pasar global membutuhkan waktu untuk beralih ke pasar lokal, sehingga menghambat akses pangan bagi populasi miskin dan rentan.
Selain menanggapi keadaan darurat, FAO menangani tren makro seperti urbanisasi, yang akan menjadi topik Laporan 2023 tentang Negara Ketahanan Pangan dan Gizi di Dunia (State of Food Security and Nutrition in the World/SOFI) tahun ini.
“Tren yang begitu cepat menimbulkan tantangan, tetapi dapat menghadirkan peluang revolusioner,” kata Qu.
Hingga kini, FAO telah membahas berbagai topik mulai dari Status Perempuan dalam Sistem Pertanian Pangan, keanekaragaman hayati dan akuakultur, hingga prakarsa penting di bidang kelangkaan air.
“Sudah waktunya untuk menggunakan produk pengetahuan ini,” desaknya.
Karena itu, Qu menyampaikan, bekerja lintas sektor untuk menemukan solusi sangat mendesak. FAO mengantisipasi peningkatan keterlibatan dengan sektor swasta di tahun mendatang, membangun pelajaran yang dipetik dan memprioritaskan arah baru.
Tanda yang jelas tentang bagaimana strategi organisasi bekerja dan mandatnya diakui sebagai kepentingan kolektif yang tinggi, adalah peningkatan 30% dalam kontribusi sukarela yang dimobilisasi FAO pada kuartal I/2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
“FAO mengharapkan sumber daya anggaran tambahan dalam di 2024-2025 mencapai sekitar US$3 miliar, hampir dua kali lipat tingkat empat tahun sebelumnya,” paparnya.
Sumber: https://www.validnews.id/ekonomi/fao-ajak-anggota-siap-hadapi-krisis-ketahanan-pangan-global