Jakarta – Bukan sembarang beras, tapi ini ada embel-embel organik. Karena predikat organik itulah, produksi beras Banyuwangi bisa ekspor ke Eropa.
Menyandang predikat kabupaten paling luas di Jawa, Banyuwangi bisa dibilang lumbung pangan nasional. Betapa tidak, nyaris atau bahkan setiap tahun kabupaten the Sunrise of Java ini mengalami surplus beras hingga ratusan ribu ton.
Di tahun 2020, misalnya, Banyuwangi mengalami surplus beras mencapai 535.056 ton. Sebagian beras hasil produksi petani Banyuwangi itu juga dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah lain.
Bahkan bukan hanya didistribusikan ke luar daerah, beras produksi Banyuwangi, khususnya beras organik, juga mampu menembus pasar luar negeri. Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, yakni pada awal Maret 2019 lalu, beras organik produksi Banyuwangi resmi diekspor ke Italia. Negeri Pizza, itu merupakan pasar baru setelah sebelumnya ekspor serupa juga dilakukan ke sejumlah negara.
Prosesi ekspor perdana beras organik Banyuwangi berlangsung di Padepokan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Swadaya (P4S) Sirtanio, Kecamatan Singojuruh. Para petani di sana merupakan merupakan kluster binaan Bank Indonesia (BI) dan Pemkab Banyuwangi. Pelepasan ekspor dilakukan Kepala Bank Indonesia (BI) Jatim kala itu, Difi Johansyah.
Beras yang diekspor tersebut merupakan hasil produksi PT Sirtanio, perusahaan agribisnis Banyuwangi yang digerakkan anak-anak muda. Beras organik yang diekspor adalah Beras Merah Varietas Segobang A3, Beras Hitam Melik A3, dan Beras Sunrise of Java. Varietas-varietas itu telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian di Kementerian Pertanian. “Banyuwangi menjadi contoh bagi pertanian organik yang sukses. Pasar Eropa itu susah ditembus, namun berkat kegigihan kelompok tani di sini, mereka bisa masuk pasar Eropa,” ujar Divi.
Ketua Kelompok Tani Mendo Sampurno yang memproduksi beras organik tersebut, yakni Samanhudi mengatakan, pada awal 2019, produksi beras organik Sirtanio bersama petani mitranya mencapai 30 ton per bulan di lahan 70 hektare. “Kami mengambil segmen terkecil, yaitu Italia. Kami kirim ke sana 2,8 ton per bulan. Ada tim yang memantau pengelolaan lahan organik khusus ekspor, sembari terus kami tingkatkan lahan organik lainnya agar bisa standar ekspor,” ujarnya.
Samanhudi menambahkan, permintaan luar negeri terhadap beras organik Banyuwangi sangat besar. Dari China, misalnya, sebesar 60 ton per bulan. Belum lagi dari Amerika Serikat. “Kapasitas kami terbatas. Jadi ini dipenuhi bertahap. Ke depan, kami terus merangkul petani-petani lainnya,” tuturnya.
Sementara itu, Pemkab Banyuwangi melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan pertanian organik. Termasuk melalui pelatihan agen hayati, pengembangan laboratorium mini agen hayati, hingga fasilitasi sertifikasi nasional, dan internasional organik. (sgt/bay)
Sumber : RADAR BANYUWANGI