Jakarta, CNBC Indonesia – Harga jagung dan kedelai terus menanjak hingga mencapai harga tertinggi sejak satu dekade silam. Hal ini jadi sinyal bagi inflasi makanan yang semakin tinggi ke depan.
Harga pangan global makin mahal terdorong serangan Rusia ke Ukraina pada awal tahun ini. Konflik tersebut kemudian membahayakan pasokan biji-bijian dan minyak nabati dunia. Hal itu ditambah cuaca buruk di benua Amerika mengakibatkan gagal panen di sejumlah negara produsen seperti Brasil dan Argentina, serta Amerika Serikat (AS). Krisis pasokan pun mengancam.
Harga jagung telah melambung 37% sepanjang tahun ini dan bertengger di level US$ 81,4/gantang. Sementara itu, harga kedelai di posisi US$ 16,7/gantang, melonjak 25,8%. Harga keduanya telah mencapai level tertinggi sejak 2012.
Jika jagung dan kedelai mencapai level tertinggi baru, efeknya akan luas. Sebab, keduanya dipakai sebagai bahan baku di sektor pangan. Contohnya saja untuk pakan ternak dan bahan baku minyak nabati.
Faktanya, kenaikan bahan-bahan utama ini meluas ke biaya produksi makanan mulai dari daging babi hingga Pepsi sehingga dapat menggerogoti daya beli masyarakat, seperti yang sudah dialami di AS. Harga pangan AS pada Maret naik 8,8% dari tahun sebelumnya, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.
Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan perang di Eropa akan meningkatkan harga pangan sekitar 23% tahun ini, setelah naik 31% pada tahun 2021 ketika rantai pasokan yang kacau dan cuaca buruk terjadi.
Eskalasi geopolitik di Eropa Timur menghasilkan masalah baru yang makin menambah penderitaan dunia setelah harga energi yang naik. Terlebih lagi konflik ini melibatkan Ukraina sebagai pemasok jagung utama dunia.
Ada keraguan bahwa penanaman jagung akan dilakukan di tengah pertempuran atau pasokan akan sampai ke pasar internasional setelah panen. Departemen Pertanian AS telah menurunkan proyeksinya untuk ekspor jagung Ukraina sekitar 30% sejak invasi Rusia.
Sementara kenaikan kedelai akhir-akhir ini didorong oleh kekeringan parah dan suhu tertinggi di Brasil, yang mengancam mengurangi jumlah panen. Kekeringan juga mengkhawatirkan di Amerika Utara, karena pola cuaca La Niña. Hanya 7% dari jagung tahun ini ditanam pada awal minggu, dibandingkan dengan 16% tahun lalu, kata Departemen Pertanian. Pengiriman kedelai juga terlambat dari jadwal.
Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220503153452-17-336610/dunia-dibayangi-krisis-pangan-indonesia-aman